Liburan penyegar pikiran Jatiluwih Tabanan Bali
Hari hari di kota besar kadang membuat pikiran menjadi kurang konsentrasi dan berebut udara segar yang seolah olah segar dihembuskan oleh mesin bernama AC. Udara ini selalu memapar kulit dan tubuh,kayaknya kita perlu sesuatu yang nyata dan asli kesegarannya. Yuhuii tempat itu ternyata masih ada di muka bumi ini dan bernama Jatiluwih, yuks liburan penyegar pikiran kali ini berlokasi di Jatiluwih Tabanan Bali
Untuk menuju ke Jatiluwih tabanan kira kira diperlukan waktu sekirat 1,5 jam perjalanan dari denpasar-tabanan dengan jarak tempuh sekitar 70km. Sepanjang perjalan juga kita akan melewati pepohonan yang menghijau.
Sejauh mata memandang terlihat hamparan sawah yang masih asri membentang luasnya memanjakan mata ini dan segarnya udara di jatiluwih seakan memberikan obat yang mujarab dari penatnya rutinitas kota besar.
Menurut cerita penduduk setempat nama Jatiluwih berasal dari kata JATON dan LUWIH. Jaton artinya Jimat dan Luwih artinya Baik atau bagus, jadi kalau digabungkan Jatiluwih artinya jimat yang baik. Memang sampai saat ini keberadaan desa jatiluwih memberikan masukan yang baik kepada para pelancong nya dan juga masyarakatnya hehe.
Sedikit cerita mengenai penduduk di jatiluwih pada jaman dahulu kala banyaklah Brahmana, Kesatria, Wesia dan Sudra dari Daerah Tabanan yang berkunjung ke Desa Jatiluwih dengan harapan memohon keselamatan golongannya masing-masing. Akhirnya mereka itulah yang mendirikan Pura-Pura yang ada sekarang di Desa Jatiluwih seperti Pura Luhur Petali, Pura Luhur Bhujangga, Pura Rshi, Pura Taksu dan lain-lain.
Mengenai penduduknya menurut cerita para Leluhur masyarakat Desa Jatiluwih, semuanya merupakan orang-orang pelarian dari berbagai daerah, beberapa diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut :
Pada waktu Patih I Dewa Agung Putu Maruti yang memerintah di Puri Kaleran Karangasem melakukan penyerbuan ke Klungkung, maka keadaan disana menjadi kacau. Oleh karena kekacauan inilah banyak rakyatnya yang melarikan diri mencari tempat yang dianggap aman. Diantara rombongan pelarian itu yang berasal dari Kusamba melarikan diri sampai ke Kaki Bukit Batukaru. Ditempat ini mereka mendirikan perkampungan yang mereka namakan Kesambahan. Sampai saat ini ada salah satu Banjar yang bernama Kesambahan. Kata Kesambahan berasal dari kata Sambeh (Bahasa Bali) yang berarti terpencar. Jadi oleh karena pendatang di Kaki Gunung Batukaru adalah pencaran dari Kusamba wilayah Kabupaten Klungkung, maka tempat tinggal pendatang itu dinamakan Kesambahan.
Pada saat Bendesa Buduk yang bernama Pasek Tohjiwa dikalahkan oleh Raja Mengwi, maka beberapa rakyatnya tidak mau tunduk kepada Raja Mengwi. Mereka pergi mengasingkan diri ke kaki Bukit Batukaru, mereka ini menempati berbagai Desa. Salah satu rombongannya yang paling besar menetap di Desa Jatiluwih. Memang benar sampai saat ini kebanyakan penduduk Desa Jatiluwih adalah warga Pasek Buduk. Ada lagi rombongan yang berasal dari Singaraja, yaitu dari Desa Gobleg. Salah seorang Pasek Gobleg kena fitnah dan diancam akan dibunuh atau dihukum mati oleh Raja Buleleng. Mungkin karena ketakutan, mereka bersama anak-anaknya melarikan diri sampai ke Desa Jatiluwih dan menetap disana sampai sekarang.
Berdasarkan uraian diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa penduduk Desa Jatiluwih sebagian besar nenek moyangnya merupakan orang-orang pelarian yang tidak mau tunduk pada perintah orang-orang yang dianggap musuhnya. Akhirnya setelah mereka mempunyai tempat tinggal yang tetap, maka mulailah dilakukan kegiatan membuka areal perkebunan dan persawahan
Ya begitulah sekelumit cerita dari jatiluwih semoga Hijaunya alam dan segarnya udara ini masih dapat kita nikmati secara bebas dan Keindahan masih tetap terjaga yang menjadi tanggung jawab kita sebagai generasi muda.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment